Endapan Ampas Kopi


Kawan-kawan sekalian, Dunia saat ini adalah dunia global,dimana arus perubahan begitu terasa ditiap titik kehidupan, istilah kerennya dunia sudah sangat dinamis.

Mari kita sama-sama berkaca dan melihat negri kita Indonesia. Kita mahasiswa dalam buku Mukhlis Ndoyo Said adalah siswa yang berhasil bermetamorfosis sempurna menjadi bentuk yang lebih sempurna, jika ulat menjadi kupu-kupu kita siswa menjadi mahasiswa adalah generasi dengan arus informasi yang terjamin, sebagimana Yusuf Maulana dalam bukunya Aktivis Bingung Eksis adalah orang-orang dengan kelebihan Good Well Information.

Kita sendiri harus berhati-hati dalam memilah apa yang dinamakan informasi,apalagi ditengah media yang sedang diisukan tidak sedap yang dengan segala frammingnya membuat informasi yang kita terima sudah tidak seasli yang disampaikan oleh narasumber utamanya.

Oke kembali lagi saya ajak melihat kondisi Indonesia hari ini, belakangan kasus-kasus dan isu-isu yang cukup besar sudah lalulalang di media kita, namun apa tanggapan kita sebagai generasi millenial? Beginikan generasi millenial?

Sebut saja Idlib,suriah, yang belakangan ini kembali di bom, jujur menurut pengamatan saya di luar urusan politik , dengan murni hati nurani saya sangat menyayangkan kejadian ini, bayangkan pembantaian masal masih terjadi di zaman yang kian modern ini, dari sini sayapun sadar majunya teknologi tidak diiringi majunya moral manusia.

Padahal belum sebulan kasus tersebut di terjadi namun kabarnya sudah sepi karena mungkin tertutup dengan isu lainnya. Sebut saja longsor Ponorogo, jelas sekali baru-baru ini terjadi bencana alam didaerah ponorogo, sekali lagi isu yang pemberitaannya belum genap sebulan ini juga sudah mulai tertutup dan di abaikan.

Sebut saja kasus pengeluaran paksa penumpang United Airlines oleh pihak maskapai, nasibnya lebih miris lagi hanya lewat dan langsung hilang begitu saja. Kita belum membahas papua, Indusrialisasi, kendeng, UU Minerba dll.

Seolah generasi zaman saya ini tak sadar banyak kasus-kasus yang hilir mudik menghampiri bacaan mereka dan dalam sekejap mereka lupakan, mungkin ketika membaca mereka hanya merespon dengan satu huruf keluar dari oralnya “O..”.



Oke lupakan dulu kerisihan saya atas abainya penyikpan generasi saat ini menanggapi berbagai isu yang sedang hilir mudik, dari semua kasus yang sebutkan kasus di suriah, ponorogo, united airlines, jauh sebelum kita membahas orang-orang biadab yang melakukan kekejian di suriah, penyebab geologi longsor ponorogo, dan ketidakmanusiawian united airlines.

Ada suatu hal yang disebut BYSTANDER EFFECT, ya ini adalah bencana kemanusiaan terbesar yang akan menghantui Indonesia kedepan, saya tegaskan bahwa mungkin ada orang yang lebih bertanggung jawab terhadap suriah namun dimanakah sikap kita seminimal mungkin memberi bantuan berupa sumbangan karena mereka sama-sama manusia, They have human right, dimana solidaritas kita?

Jangan sampai kita dibom lebih dahulu ,kita baru sadar bagaimana butuhnya orang yang terkena musibah menginginkan solidaritas berupa uluran tangan dari saudaranya, Boom!!!

Saya tegaskan mungkin Ponorogo adalah kasus bencana alam dan sudah ada kawan-kawan dari MAHAGANA di tiap universitas ,SAR dan relawan lainnya yang membantu, namun apa respon kita , sikap kita? Jadi menurutmu sudah cukup bantuan berupa uang seribu dua ribu mu?

Padahal bencana ini terjadi didekat kita, daerahnya lebih terjangkau namun dalam proses pencarian dan penanganan korban berlangsung lambat, dan seolah menurut pengamatan saya ini hanya kasus bencana “biasa” yang sudah terjadi berkali-kali , dan mungkin mereka yang mengetahui ini merespon “O..udah biasa nanti juga normal lagi”.

Saya tegaskan kasus United Airlines mungkin adalah kasus kecerobohan pihak maskapai namun diluar itu, dari sekian banyak penumpang ditempat kejadian hanya satu orang yang memprotes sikap dari pihak maskapai menggeret paksa keluar penumpang dan yang lain?

Dengan asyiknya terekam banyak penumpang yang memvideokan tanpa membantu dan bahkan banyak yang melihat sambil memasang wajah biasa-biasa saja dan anehnya ada yang tertawa-tawa melihat kejadian kemanusiaan itu terjadi di mata kepalanya sendiri. Inilah BYSTANDER EFFECT merasa apa yang terjadi bukanlah tanggung jawabnya, inilah efek yang terjadi ketika rasa tanggung jawab seolah menjadi hal yang bisa dilemparkan ke orang lain.

Ini sudah terjadi hari ini di sekeliling kita, sebagaimana yang terjadi dinegara-negara maju, seperti percakapan saya terhadap kawan dari korea yang dulu pernah mampir belajar di jurusan saya, ketika itu saya tanya pendapatnya tentang Indonesia setelah beberapa minggu tinggal di Indonesia, seperti biasa responnya selalu bagus, formatnya? Orang Indonesia ramah dan alamnya bagus dalam bahasa inggris tentunya.

Lalu saya kembalikan pertanyaan bagaimana dengan korea? Seketika kawan saya ini memasang wajah tidak enak dan dengan tegas mengatakan bahwa orang-orang disana sangatlah egois dan kasar. Mungkin ini sedikit menggambarkan efek dari BYSTANDER EFFECT.

Mohon maaf saya lebih baik tegas menginginkan Indonesia tetap dengan kehijauan alamnya,kebiruan lautnya dan ke luguan rakyatnya dari pada maju teknologinya namun moralnya hilang.

Oke kembali lagi, jika saja generasi saat ini saja masih tidak mau peduli terhadap apa yang terjadi hari ini, saya katakan bahwa PR dalam negri kita akan bertambah banyak.

Jika hari ini pemuda saja masih latah dan bingung menentukan sikapnya bahkan apatis terhadap kondisi sekitarnya maka bersiaplah hidup dirimba orang-orang tidak peduli yang dimana ketika engkau butuh uluran tangan mereka hanya menonton mu kesusahan.

Teringat gambaran manusia menurut profesor dibuku Tere Liye yang berjudul Hujan, dikatakan bahwa manusia adalah virus dibumi, yang dilakukannya adalah kerusakan hanya menunggu imunitas bumi untuk memberantas virus ini. Lantas begitukah kita?

Kepedulian adalah sebuah harapan dan perjuangan adalah gula di tengah pahitnya kopi kehidupan, tanpanya hidup adalah ampas tanpa manfaat.

Sebagai penutup saya mengajak kawan-kawan untuk kembali peduli, mengundang seluruh orang yang pedulu hadir kembali untuk berkolaborasi , disana kita katakan, jika hanya tersisa satu orang yang membela kebaikan saya jamin itu adalah saya, semoga di tanggal 21 April nanti akan ada banyak orang yang tersentak untuk peduli, menyiapkan segala keresahannya lalu menyuarakannya dalam sebuah panggung Festival Suara.

Kami tunggu suaramu, 21 April 2017, Pasar Jumat akan jadi Saksi, biarkan waktu yang menjawab dan telinga civitas akademika yang menilai.

Salam dari aku yang sudah ingin cinta dari tulang rusuk yang lama terpisah.

#FestivalSuara
#AkuMasihPeduli
#IndonesiaButuhKita
#MudaMembangunBangsa

0 komentar: