CAHAYA HARAPAN SANG ELANG QURAISY

*Review 3 Dari Puncak Andalusia*
Dengan berbagai pertimbangan genting Abdurrahman ibn Muawiyyah memutuskan untuk menancapkan destinasinya ke Andalusia demi mempertahankan nyawanya dan menangguhkan kedudukannya. Tidak gegabah, Al-Dakhil menyusun rencananya dengan matang , sebelum ke Andalusia Al-Dakhil mengutus Badr sang ajudan untuk menghubungi orang-orang umayyah disana, ternyata banyak dari orang-orang umayyah setuju dan menyatakan dukungannya terhadap Al-Dakhil, lalu Badr kembali ke afrika tempat Al-Dakhil atau Abddurrahman Ibn Muawiyyah berada untuk menyampaikan keadaan di Andalusia. Setelah beberapa saat para utusan dari Andalusia banyak yang menyebrang ke afrika untuk mendukung Sang Elang. Ibarat sayap mungil yang dulu belum berbulu kini sudah membentang lebar dan berbulu lebat dan kuat yang jika dikepakan sayapnya ,desiran anginnya akan dirasakan oleh mangsanya walaupun bersembunyi di tempat yang tidak terjangkau sekalipun.





Aroma Kejayaan

Awal bertemu kawan yang mulia...
Banyak kapal telah berlabuh, namun diantaranya seolah ada sebuah permata berharga yang siap menghiasi perjuangan, di kala berbondong manusia yang siap mendukung, sang elang menemukan perhiasannya ,melihat sang utusan sedang shalat dan berdoa memohon kemudahan untuknya, setelah utusan tadi selesai sholat dan berdoa , Abdurrahman berjalan menghampirinya sembari tersenyum, lalu bertanya “ Siapa engkau?”. Utusan itu menjawab , “ Aku utusan para pendukungmu. Namaku Abu Ghalib Tammam.” Abdurrahman semakin optimis akan harapannya. Ia berkata ,” Semua sudah selesai dan kita akan menang ,insyaallah.” Yang kemudian hari utusan ini dijadikan sebagai pengurus istananya sampai meninggal. Pada 138 H (756 M) , Al-Dakhil pergi meninggalkan afrika dan menuju Andalusia. Ia tiba di Elvira , dan langsung didatangi para pendukungnya. Ia mulai menata barisan dan bersiap melawan setiap penentang. Al-Dakhil mulai bergerak dan melebarkan sayapnya di Andalusia dengan 600 orang pengikut, ditengah kericuhan internal Andalusia yang di pimpin oleh dua orang gubernur di utara yaitu Syamil dan Al-Fihr. Kedua gubernur yang merasa terancam kedudukannya membujuk Al-Dakhil dengan hadiah berupa harta dan penawaran wilayah dan memintanya untuk berhenti menuntut kekuasaan. Al-Dakhil menolaknya dan meneruskan pergerakannya. Karenanya Al-Fihr dan Syamil secara terpaksa mengahadang pergerakan Al-Dakhil menuju ibu kota yaitu Kordoba, kedua pasukan akhirnya berhadapan dan dipisahkan oleh sungai. Al-Dakhil ingin menggempur ibu kota secara tiba-tiba dan mendudukinya. Ia dan pasukannya pun bergerak diam-diam agar tidak diketahui oleh musuh. Namun rencana ini disadari oleh Al-Fihr. Akhirnya kedua pasukan berlomba menuju ibu kota terlebih dahulu, pihak yang satu bergegas untuk memasuki ibu kota dan yang lainnya menghalangi pihak lawan untuk menuju kordoba. Kedua pihak akhirnya berhenti di Kampung Al-Musharah. Al-Dakhil dan pasukannya mebuat tenda di Thurrash,sebuah daerah di pinggiran desa.
Pada hari arafah , 9 Zulhijjah 138 H , perang yang menentukan meletus di kedua belah pihak, pertempuran sengit berlangsung , pasukan sang elang yang sedikit ,bersenjata seadanya, tidak memiliki bekal makanan kecuali hanya kacang hijau melawan pasukan yang lebih superpower dengan senjata lengkap dan dengan segala kebutuhan yang mencukupi. Ditambah tersiarnya desas-desus bahwa Al-Dakhil memiliki seekor kuda yang mampu berlari dengan cepat dan bugar yang sudah disiapkan untuk pelariannya sehingga menciutkan nyali para pengikutnya, namun semua itu terbantahkan dengan tindakan bijak dari sang elang pemberani yaitu Al-Dakhil menemui Abu Al-Shabah dan berkata ,” Kuda ku ini membuatku tidak leluasa bergerak , bermanuver, dan memanah dengan baik . Jadi,jika engkau bersedia ,aku ingin menukar kudaku ini dengan keledaimu.” Abu Shabah setuju dan tertunduk malu, dan akhirnya desas desus terjawab dan pasukan pun merasa tenang. Betapa jahatnya sebuah fitnah dan berbahayanya, maka dari itu seorang muslim harus senantiasa memegang teguh sifat husnudzonnya.
Tepat fajar hari ke-10 zulhijjah saat hari raya pasukan Al-Dakhil melakukan serangan tiba-tiba ke pasukan Al-Fihr siasat ini berhasil dan memukul mundur pasukan Al-Fihr, pasukan Al-Fihr mengira bahwa Al-Fihr akan melakukan negosiasi kepada Al-Dakhil namun sebaliknya Al-Fihr malah lari dan diikuti pasukannya, saat itu pasukan Al-Dakhil berniat mengejarnya namun seketika dihentikan oleh Al-Dakhil seraya berkata “ Jangan membasmi musuh-musuh yang masih kalian harapkan pertemanannya esok hari. Biarkanlah mereka lolos demi permusuhan yang lebih besar saat mereka berdiri di barisan yang sama dengan barisan kalian.” Maksudnya adalah permusuhan kaum Visigoth dan Covadonga. Betapa ironinya ketika kekuasaan dan hal duniawi lainnya di utamakan, sehingga terjadi tumpah darah antar saudara sendiri, meski begitu dulu lebih baik dari hari ini karena masih berfikir jernih dan dapat dipersatukan dalam ikatan yang sama yaitu agama, kembali lagi jangan sekali-kali lupa akan urusan agama jikalau tidak ingin timbul perpecahan yang merugikan, sungguh setan adalah musuh yang nyata. Perang Musharah sebagai perang penentuan usaha dari sang elang telah berakhir, para panglima dan toko-tokoh suku Yaman lalu berkumpul. Abu al-shabah menyarankan menghabisi Abdurrahman dan mengambil alih kekuasaan Andalusia. Namun, sebagian dari mereka menolak sarannya. Perkataannya terdengar sampai ke telingan Abdurrahman namun ia tidak bertindak gegabah karena mengetahui posisi strategis abu al-shabah oleh karenanya ia tetap melanjutkan perjalanan ke Kordoba.
Sebelum memasuki kordoba Abdurrahman tidak langsung memasukinya namun mengutus utusan untuk membacakan pesan darinya. “ Siapa pun yang ingin keluar , dipersilahkan keluar. Keamanannya dijamin, termasuk keluarga Al-Fihr dan syamil. Ia dipersilahkan membawa harta sesukanya. Sesungguhnya kami datang bukan untuk membunuh seorang pun atau merampas harta.” Beginilah watak seorang muslim karena ajaran Islam,keras terhadap musuh yang melawan namun tetap lemah lembut terhadap kawan dan tawanan, berperang hanya untuk mengambil hak dan mempertahankan diri bukan untuk menjajah seperti para imperialis yang materialistik dan fanatis berlebihan. Inilah sejarah asli dari Islam. Semenjak hari itu , gelar Al-Dakhil yang berarti “yang memasuki kota” disematkan kenama Abdurrahman. Ia menjadi orang pertama dari bani Umayyah yang memasuki Andalusia sebagai penguasa. Misi utamanya di Kordoba telah selesai. Ia berjalan menuju masjid, menyampaikan khutbah jumat, dan berjanji pada orang-orang akan memerintah dengan penuh keadilan dan kearifan.
Sejatinya seorang yang benar-benar beriman bukan hanya memerhatikan hal-hal sepele, bukanlah yang pertama kali dilakukan hanya untuk membangun pemerintahan bukan mementingkan ekonomi, politik,pertahanan atau yang lainnya, namun yang diutamakan adalah pembangunan masjid,mengutamakan pembanguan akhlak dan mental umat dibanding memperkokoh elemen-elemen lain. Bukankah Rasulullah sudah mengajarkan kita dan memberi pelajaran berharga,dengan apa yang dilakukan oleh beliau pertama kali saat memasuki madinah adalah membangun masjid. Bukankan Rasulullah adalah uswatun hasanah, buat apa ada uswatun hasanah jika kita tidak mengikutinya. Itulah yang hilang dari umat islam hari ini ,itulah yang telah dilupakan umat dan tak terjamah difikiran sama sekali. Semenjak Sang Elang berkuasa dengan tekad benar-benar untuk melayani ummat ini, berusaha keras mengabdi untuk kemakmuran rakyatnya, berdasarkan asas keislaman yang diajarkan Rasulullah kini Andalusia yang dulunya semerawut karena sekelumit perpecahan akibat perebutan kekuasaan kembali memancarkan cahaya berkahnya kembali karena sang elang berhasil menghempas tabir kegelapan dengan sayapnya yang gagah.
Meskipun begitu selama Al-Dakhil memerintah tetap saja di warnai dengan banyak sekali aksi pemberontakan musuh-musuhnya yang haus akan kekuasaan duniawi dari kalangannya sendiri maupun dari kalangan luar senantiasa menghantui untuk menjatuhkan Al-Dakhil. Terhitung 25 pemberontakan di alami oleh Al-Dakhil dan berhasil diredam semuanya hingga akhir hayat beliau,terlebih pemberontakan yang benar-benar sangat hina dimata agama,yaitu pemberontakan Sulaiman al-A’rabi , pemeberontakan pertama yang menghianati saudara muslim dan umat ini wallahua’lam. Ia Sulaiman di butakan cinta dunia yang telah mebusukkan hatinya, menghianati saudaranya sendiri dan menjalin kerjasama dengan musuh kafir yaitu Charlemagne penguasa Carolingian kelompok suku Eropa yang mendiami jerman kala itu,menawarkan kepada musuh untuk membantu meruntuhkan Al-Dakhil demi mendapatkan kekuasaan tunggal Andalusia dengan imbalan memberikan Andalusia bagian utara kepada Charlemagne. Sontak saja pertempuran terjadi antara kaum muslim melawan pasukan munafik dan kafir. Charlemagne bergerak dan sampai di Zaragoza ia mendapati para penduduk sudah menutup rapat benteng.
Kapan pun dan dimanapun dikalangan kaum muslimin pasti terdapat tokoh yang menggerakkan , memengaruhi orang-orang , dan menyadarkan mereka atas kezaliman-kezaliman penguasa yang mengatasnamakan islam. Mereka itulah para ulama Zaragoza yang bangkit melakukan perlawanan dan menghancurkan musuh dengan selimut kebatilannya. Ulama bersatu dan mendukung Husain Ibn Yahya bekas sekutu Sulaiman sebelumnya, Husain lalu memimpin perlawanan sengit rakyat melawan Charlemagne yang telah mengepung kota dari segala penjuru, serangan Charlemagne hampir saja membunuh seluruh penduduk kota. Namun Allah tetap saja berpihak kepada kaum Muslimin, setelah lama mengepung dan menyudutkan para rakyat tiba-tiba kamu Saxon di jerman utara perancis memberontak dan mengubah pikiran Charlemagne dan menyudahi pengepungan untuk kembali ke jerman. Namun saat kembali melalu jalan-jalan sempit Pyrenia ,barisan terakhir pasukannya diserang ,sialnya barisan terakhirnya diisi oleh pasukan berpangkat tinggi,harta rampasan dan tawanan.Semuanya binasa. Semua itu menjadikan Charlemagne harus mengubah sikap politik ke Andalusia , ia lebih memilih berdamai, dengan mengirim utusannya ke Andalusia menemui Al-Dakhil untuk berdamai dan diterima oleh Al-Dakhil. Sungguh umat ini sangat welas asih dan tidak ingin menimbulkan permusuhan namun tindakan ini menjadi pelajaran berharga, untuk benar-benar mengambil sikap tegas kepada para pelanggar perjanjian damai. Agar tidak mempercayai kembali si pelanggar.
Betapa terlihat nilai-nilai ukhuwah sudah dibuang jauh-jauh, egoisme dalam berkuasa lebih dijunjung tinggi dibanding dengan untuk kebaikan umat. Bukan lagi akhirat dan kenestapaan demi kebaikan yang di tuju dan dipilih namun harta benda dan tahta yang mengakar menjadi orientasi hidup. Padahal sejarah sudah membuktikan dan menyatakan dengan tegas perihal variabel-variabel runtuhnya umat, tapi di era ini dengan pongahnya malah meniru kesalahan masa lalu bukan mengambil pelajaran berharganya, sungguh mahal sejarah masa lalu namun amat disayangkan jika hanya menjadi kenangan yang akan memudar dalam ingatan nantinya. Pemeberontakan yang bertubi-tubi datang kepadanya membuat Al-Dakhil menumbuhkan sikap waswasnya karena kekecewaannya terhadap orang-orang yang memberontaknya terlebih pemberontakan yang dilakukan orang-orang terdekatnya menjadikan Al-Dakhil sulit memercayai teman dekat bahkan sanak saudaranya sendiri, Al-Dakhil benar-benar berubah.


Masjid Kordoba

Masjid agung Kordoba menjadi masjid dengan keindahan dan tata bangunan modern yang tak tertandingi dimasanya saat Al-Dakhil memerintah, dengan segala kemampuannya masjid kordoba tercatat sebagai masjid yang dikenal di mata dunia karena pada masa dimana kemampuan arsitektur yang belum modern,masjid kordoba sudah memiliki tata bangun yang seharusnya belum ada pada masa itu. Menunjukkan unggulnya kepiawan juga kecerdasan dari cendekiawan dan arsitektur muslim.
Dimasanya Andalusia sempat dipisahkan dari seluruh negeri kekuasaan islam dan dijauhkan dari kekhilafaan islam, di masanya juga saat berkuasa infrastruktur andalusia menjadi modern dan keindahannya termasyur didunia luar. Ia Al-Dakhil menerapkan sistem pos-pos administratif kewilayahan di sejumlah daerah, bukan seperti era yang saat ini,ia sendiri dan para gubernurnya yang ia amanahi adalah orang-orang yang memang mampu dalam memerintah dan benar-benar berniat untuk mengabdi , tidak mengedepankan keegoisan namun menjaga diri dengan senantiasa berlindung dalam syariat-syariat Islam, ia dan para aparatur pemerintahannya turun sendiri kelapangan, melihat dengan mata kepala kondisi rakyatnya, dikenal dengan sifat yang pemurah ,dermawan dan melindungi kehormatan rakyatnya. Ia pernah membuat pengumuman , tak seorangpun diperbolehkan meminta sesuatu kepadanya dihadapan banyak orang. Namun, orang tersebut diperintahkan untuk mengirim surat yang aka dijawab secepat mungkin dan dipenuhi permintaannya.Ia adalah penyair andal,sastrawan dan gemar memberi hadiah kepada para sastrawan.
Ketika ajalnya sudah dekat Sang Elang Tua yang tetap perkasa melupakan hal penting, yaitu mempersiapkan generasi selanjutnya, Al-Dakhil lupa untuk benar-benar mempersiapkan pemegang kekuasaan selanjutnya, apakah anak pertamanya yang belum mumpuni dalam memegang amanah ini, atau anak keduanya yang memiliki kapabilitas dalam amanah ini. Akhirnya ia memutuskan untuk memberi perintah kekedua anaknya untuk segera menemuinya, bagi yang pertama sampai ialah pemegang amanah selanjutnya, dan akhirnya hisyam anak kedua al-dakhil yang terpilih, ternyata Allah masih merahmati Andalusia dengan pemimpin yang berkualitas dan memang seharusnya memimpin.
Al-Dakhil menjadi buron diusianya 19 tahun. Tiba di Andalusia dan menjadi penguasa tunggal dalam usia 29 tahun, dan terus memegang kekuasaan selama sekitar 34 tahun. Ia telah membangun dinasti, menaklukkan kota-kota , mendirikan bangunan, dan membangun peradaban. Ia berbaur dengan rakyat jelata dan menjalankan urusan pemerintahan sendirian. Ia adalah contoh kesabaran dan kegigihan , teladan bagi orang-orang yang mempunyai ambisi tinggi dan tekad kuat.
Benar apa yang dikatakan khalifah Abu Ja’far al-Manshur, “Abdurrahman al-Dakhil adalah Elang Quraisy(Shaqr Quraisy).”
Hikmah penting dari kisah ini sangat banyak salah satunya dapat diambil dari kisah pemberontakan Sulaiman Al-A’rabi terhadap Al-Dakhil , komunikasinya dengan Raja Charlemagne , lalu pelawanan ulama atas Sulaiman, memiliki dua poin penting yang mesti diperhatikan.
Pertama, pentingnya menyiapkan dan membentuk individu muslim yang mempunyai loyalitas penuh pada agama Allah dan berprinsip kuat. Ini dimaksudkan supaya ia tidak mudah termakan bujuk rayu musuh.
Kedua, tugas ulama tidak hanya terbatas pada urusan shalat,belajar dan khutbah yang tidak menyentuh realitas.Namun, mereka adalah urat nadi dan jantung umat. Para ulama adalah pemimpin spiritual. Jika para ulama tidak dapat memainkan perannya, berarti mereka telah menghianati amanah.
Abdurrahman Al-Dakhil tidak akan mendapat apa-apa kecuali setelah menghadapi kematian berulang kali. Ia menyebrangi selat,melawan lapar dan derita, lalu diusir dan diburu tanpa memiliki apapun. Ia hanya bermodalkan ambisi yang melebihi gunung dan semangat yang tak pernah kendur. Kisah Al-Dakhil memberi pelajaran berharga bagi setiap pendakwah dan pencari kemuliaan. Bahwa jalan yang harus mereka tempuh pasti dipenuhi berbagai penderitaan dan kesulitan. Tidak ada tempat bagi orang lemah, ragu-ragu dan berleha-leha.
Jika engkau mempertaruhkan nyawa demi kemuliaan yang diimpikan
 
Engkau takkan puas dengan apa yang ada dibawah bintang-bintang
Jika jiwa-jiwa itu memang besar
Tubuh akan lelah menuruti keinginannya
Begitulah kisah dari sang elang, insyaallah selajutnya adalah kisah Salahudin dari Al-Maghribi pembebas Andalusia yaitu Yusuf Ibn Tasyfin... 
#Dr.TariqSuwaidan 
#DARIPUNCAKANDALUSIA

0 komentar: