Harga dan Hormat


 
Pagi ini lagi-lagi mendapat pelajaran berharga, alhamdulillah. Ditengah kakunya Jakarta saat ini, keacuhan ibu kota terhadap penduduknya, dan hilangnya keramahan warganya membuat saya tak menyerah menggali secuil harapan didalamnya, hehehe.

Harga adalah hal yang harus kita bayar, kita keluarkan untuk mendapatkan sesuatu yang kita inginkan atau butuhkan,ini kata sifat. Kata ini akan berubah maknanya jika menjadi kata kerja, menjadi “Menghargai”, sekilas akan mirip namun artinya sangat berbeda, jika didalami ada hikmah tersembunyi didalamnya, adab,sopan dan santun, juga harapan. Menghargai adalah kata dimana kita memberikan sikap sopan dan respon baik kepada sesuatu yang terjadi ,apapun yang terjadi, baik buruknya tidak peduli.

Hormat menurut  definisi saya sendiri adalah sikap patuh dan disiplin yang diberikan kepada sesuatu yang layak dan berkenan bagi diri sendiri, berbeda artinya dengan menghormati, ada dorongan tersendiri untuk melakukan sikap hormat, walaupun tidak berkenan dihati namun demi mengedepankan yang lebih baik akan tetap dihormati.Sepakat atau tidak mari kita lanjutkan.

Pagi ini ada kisah yang mungkin akan membangun SDM kita di Indonesia jika semua orang menerapkan ini di seluruh kehidupannya. Singkat cerita pagi ini saya pergi kesalahsatu tempat mainstream untuk membeli tiket kereta, kondisi mendung, badan tidak enak, macet, membuat fikiran keruh untuk mengeluh, namun tidak bagi saya yang selalu semangat heheheh.  Kembali ke cerita, akhirnya saya sampai ke tempat yang dituju, disambut dengan kondisi yang menurut penilaian marketing kurang baik, tapi tetap lanjut tanpa mengomel lebay ,hehehe. Disini saya langsung sampaikan niat saya ke mbak-mbak kasir yang melayani untuk melamar,eh membeli tiket maksudnya.

Proses administrasi pun dimulai dengan kaku mbak kasir mengendalikan mesin komputer didepannya, saya hanya diam memerhatikan sambil mewanti-wanti untuk jangan luap diatur tempat duduknya, dari awal hingga akhir. Tiba saatnya untuk proses pembayaran, disini saya merasa janggal,jika ada satu proses yang terlewati, jet jet jet, suara kertas struk yang sudah keluar dari mesinnya. “Loh kok sudah dicetak mbak,atur tempat duduknya gimana mbak?”, dan akhirnya benar feeling saya kalo si mbak belum mengatur tempat duduknya. “Apa bisa dicancel mbak?” tanya saya, “Yah sudah tidak bisa mas karena sudah dicetak dan di konfirmasi.”, oke jurus menghormati dan menghargai saya gunakan, “Oke mbak kalo begitu, gapapa, ini uangnya.”,sambil senyum menyemangati si mbak yang takut dimarahi. Saya pun meninggalkan lokasi dengan harapan kasir itu mendapat pelajaran berharga dan mampu meningkatkan kualitas kerjanya dengan baik, dan menjalani harinya dengan ceria tanpa marahan dari saya yang didalam hati memang kecewa.

Bayangkan jika cerita diatas berubah menjadi cerita lain tanpa menggunakan jurus menghormati dan menghargai, tentu kasir ini akan merasa bersalah luar biasa,harinya akan tidak  memilki semangat dan motivasi,yang ada hanya rasa cemas dan bersalah,sungguh kasihan dan merugikan bagi dirinya sendiri bahkan lingkungan sekitarnya bisa saja terdampak. Yang lebih lagi coba bayangkan yang melakukan kesalahan itu adalah diri kita, tentu suatu saat kita akan memilki kesalahan, namun saya yakin disaat saya salah nanti saya masih diberi kesempatan selalu untuk memperbaikinya, sama saat saya memberi kesempatan untuk kasir tadi.  Jika kesalahan disadari diri sendiri dan perubahan dimulai dari diri sendiri, maka akan lebih efektif dan lebih ikhlas dilakukan, dan menurut saya disinilah peningkatan kualitas SDM yang luar biasa. Itulah dampak dari jurus menghormati dan menghargai. Jangan sampai orang lain rugi dan sial karena kita, bukankah kita ditakdirkan hidup didunia ini untuk memberikan kebaikan bagi alam semesta.

Yang terpenting jangan lupa untuk menjalani hidup dengan semangat,adab , akhlak dan juga senyum,ini terinspirasi akan idola saya sendiri, Rasulullah sang teladan terbaik,sungguh indah ya, oh iya sempatkan juga untuk menyeruput segelas kopi susu hangat dipagi mendung ya.hehehe.

0 komentar: