Gula atau Garam
Keinginan manusia untuk selalu mendapatkan suatu hal dengan instan sudah tidak bisa dipungkiri lagi, terbukti hingga saat ini masih banyak
orang-orang yang menghalalkan berbagai cara untuk mendapatkan kekayaan,
bahkan hal-hal tak masuk logika pun dilakukannya, sebut saja kasus Dimas Kanjeng, bahkan orang intelektual "Percaya" dengan hal itu.
Jika ditarik ulur benang dari zaman kemerdekaan Indonesia hingga saat
ini sudah hampir 72 tahun umur Indonesia, bayangkan 72 tahun masih
menjadi negara berkembang, dengan kualitas SDM yang tidak
merepresentasikan kearifan daerahnya. Kata bang roma irama, sungguh
terlalu. Hehehe.
Integritas dan Kredibilitas adalah barang mahal
yang dimiliki bangsa dan negara, banyak kasus yang sudah menggunung
tentang korupsi, penyuapan dan penghianatan terhadap bangsa dan negara
ini yang sudah terjadi, seharusnya menjadi pelajaran.
Banyak
orang yang setuju untuk membangun fasilitas dan hal nampak terlebih
dahulu namun lupa akan membangun kecerdasan bangsanya, istilahnya
pencitraan dulu, pencitraan lagi dan pencitraan terus. Padahal dari
zaman Ir. Soekarno sampai Pak Jokowi saat ini hal itu tidak menjadikan
negara ini berubah statusnya dari berkembang ya tetap berkembang. Jika
mau dibantah kenapa Indonesia masih di peringkat 66 dari 67 negara
dengan angka minat baca tertinggi. Pembangunan memang perlu namun harus
adil dari seluruh aspek.
Self Investment, Itulah yang kadang
orang lupa dan enggan dipertahankan. Tahu Korea Selatan? Mereka
merdeka tidak jauh dari kita umurnya, malah lebih dulu negara ini, kondisi
mereka sama seperti kita, namun mereka sadar akan Self Investment.
Mereka yakin bahwa dengan ilmu suatu saat negara mereka akan maju,
dengan berusaha keras dan giat mereka dengan sabar terus melangkah, dan
mereka tetap menjaga keyakinan bahwa suatu saat mereka akan maju dan
hal itu terbukti sekarang.
Apa itu Self Investment? Jikalau kita
berbuat baik, bersedekah terus menerus, mentraktir teman kita selalu,
atau menyantuni anak yatim. Kebanyakan dari kita merasa bahwa apa yang
kita lakukan pasti akan mendapat balasan dari Allah dan disinilah
ujiannya, mengaharap tidaklah salah, ini menjadi tanda iman kita dan
sebagai pengasah keikhlasan kita. Apa ujiannya? Ujiannya ketika muncul
pertanyaan."Kapan Allah akan membalas kebaikan saya? Mengapa saya selalu
melakukan kebaikan terus menerus namun saya tidak merasa ada timbal
balik yang lebih besar bahkan setara dengan apa yang saya lakukan?"
padahal di agama saya, dalam surat An-Nisa diberitahu bahwa kebaikan
sekecil zarrah, atom, debu pasti akan dibalas, dan dilipat gandakan.
Mungkin Allah akan membalasnya dihari akhir nanti, atau Allah balas
dengan cara lain, contohnya mungkin ketika sakit keras ketika tidak ada
orang yang peduli tiba-tiba datang satu kawan kita yang menjenguk dan
menemani sampai kita sembuh, ternyata kawan kita itulah yang dari dulu
sering kita tolong. Luar biasa rahasia Allah, jangan diragukan.
Itulah Self Investment, tetap percaya terhadap apa yang diyakini, tidak
mudah kecewa dan terus bergerak maju, selangkah namun pasti, sedikit
namun baik, sulit namun dampaknya jangka panjang , menjadi generasi baik
yang Unlimited tanpa pamrih, selalu ikhlas dan tetap yakin apa yang
dilakukannya juga akan kembali pada dirinya, itulah intinya.
Inilah dunia, terlihat seperti gula namun ternyata garam yang asin,
nikmat sebentar namun sangat asin di akhir. Namun akhiratlah gula
sebenarnya, manisnya akan sejati, dari awal hingga selama-lamanya. Jadi
jika ditawarkan untuk mengembangkan SDM atau Infrastuktur tentu
jawabannya harus dua-duanya di bangun dan harus adil.
Semoga menyadarkan kembali semangat juang untuk menjadi lebih baik dan terus berbuat baik tanpa pamrih.
0 komentar: