Jangan Lupa Bahagia



Sepeda kuningnya selalu terpakir rapih di pagar taman, setiap pagi, dimana embun masih menanti.

Tawanya selalu riang hingga orang lain heran, hidup nya hanya untuk kesenangan.

Seringkali diri kita selalu berekpektasi lebih, terlalu kaku dalam berfikir. Sederhana saja, jangan terlalu dibuat berat.

Jikalau anda percaya alam bawah sadar maka anda adalah orang yang mudah sekali percaya, tinggal arahkan saja fikiran kearah yang selalu positif kedepan.

Jikalau anda orang yang sangat sulit percaya, butuh banyak pertimbangan, maka anda adalah orang yang sulit memasuki alam bawah sadar anda. Perlu banyak berlatih untuk mengeluarkannya.
Orang yang sedang berlari biasa mungkin hanya akan mencapai kecepatan yang biasa-biasa saja, namun orang yang sedang di kejar anjing akan lari diluar batas normal manusia bahkan bisa melebihi kecepatan lari para atlet.

Banyak sekali aktivitas-aktivitas rigid yang mempersempit fikiran jernih kita saat ini. Mungkin ini sebab banyaknya orang yang lebih memilih bunuh diri, bahkan karena hal yang cukup sepele.
Intinya kurang piknik dan lupa bahagia.

Jika diperhatikan nih, ketika anda melintasi jalan raya dan sedikit peka melihat wajah-wajah pengendara maka akan anda dapati mayoritas wajah-wajah cemberut dan kesal karena kemacetan dan lainnya. Lingkungan anda mempengaruhi diri anda.
Orang yang makan di mall belum tentu lebih bahagia dibanding orang yang makam di warteg, kuncinya ada di syukur.

Sama halnya orang selalu sibuk menyelesaikan pekerjaannya akan selalu diperbudak jikalau dia tidak memiliki batas untuk pekerjaannya, hidupnya selalu dihantui deadline, akhirnya lupa untuk membahagiakan diri, kurang piknik, yang ada makin stress.

Sangat sibuknya orang memenuhi kebutuhan duniawinya membuatnya lupa untuk menggunakan potensi yang ada lada dirinya.Seniman yang bekerja sebagai karyawan mungkin tak akan sempat melukis lagi, pesepak bola dan yang lainnya pun begitu. Sangat merugi.

Jangan engkau melakukan pekerjaan tanpa keikhlasan, kerjalah dengan passion dan potensi.

Bukankah buya hamka berkata jikalau kita hanya sekedar bekerja kera dihutan juga bekerja? Jikalau hanya makan babi di hutan juga makan?

0 komentar: