Abdullah bin Abbas, Sang Pemuncak Ilmu
Bedanya pendidikan saat ini dengan pendidikan Islam, dimana
pendidikan saat ini hanya memfokuskan untuk menghasilkan orang yang hanya ahli
satu bidang sedangkan Islam mendidik untuk menghasilkan orang dengan keahlian
lebih dari satu.
Al-'Alamah adalah orang berilmu dengan keilmuan yang lebih
dari satu dan dengannya menghasilkan karya-karya baru. Label ini disematkan
pada sahabat Abdullah Ibn Abbas.
Beliau lahir 3 tahun sebelum Rasulullah hijrah dan berumur
13 tahun saat Rasulullah wafat, Jadi berapa umur beliau saat itu?
Beliau bermukim di Thaif dan wafat disana, saat ini ada
makam beliau yang terkenal.
Saat Umar Ibn Khattab menjadi khalifah umur beliau baru 16
tahun, namun sudah disejejerkan dengan dewan-dewan penasihat khalifah.
Bayangkan dulu beliau sangatlah muda namun sudah matang
fikirannya, saat Rasulullah berhijrah
umur beliau masih belia namun sudah berguna sebagai informan nabi makanya
beliau ditemani ayahnya tak ikut berhijrah.
Saat itu pernah Abdullah Ibn Abbas di perintahkan ayahnya untuk
belajar dan menginap kepada Rasulullah, kasih sayang dan perlakuan ala Islam
dari ayahnya membuat beliau mudah menyerap ilmu dan hasilnya maksimal,
bayangkan hanya 3 tahun bersama Rasulullah, beliau sudah menyerap begitu banyak
ilmu.
Inilah pendidikan Islam, ringkas namun maksimal.
Beliau juga pernah mendampingi Ali Ibn Thalib, saat menjadi
khalifah, dimana terjadi cobaan terbesar
dikala itu. Munculnya kaum khawarij,
menjadi tantangan tersendiri bagi umat, namun disinilah hikmahnya.
Ali yang sangat bijaksana dan kompeten mengatakan khawarij
ini adalah saudara kita namun dzalim terhadap kita, beliau berkata kepada
mereka " Kami tidak akan menolak kalian sholat di masjid - masjid kami, kami tidak mengahalangi kalian
dari hak-hak negara dan kami tidak akan memerangi kalian sebelum kalian
memerangi kami terlebih dahulu."
Beginilah akhlak seorang muslim yang seharusnya menjadi contoh dan harus
diterapkan dalam kehidupan kita.
Ketika saat genting, Ali yang bijaksana mengutus seorang,
orang yang tepat, ya beliaulah Abdullah Ibn Abbas.
Beliau mendatangi
tempat mereka, kala itu jumlahnya 6000an orang,
beliau mengenakan baju bagus, namun saat dimasjid beliau di kritik
secara pedas oleh orang-orang khawarij, padahal beliau adalah orang yang harus
dihormati karena beliau adalah sahabat.
Namun orang khawarij adalah yang tidak akan masuk jika
dibantah dengan yang bukan alquran, inilah kepandaian Abdullah Ibnu Abbas,
beliau sengaja menggunakan baju bagus dan langsung mengutarakan bahwa dulu nabi
menggunakan baju yang paling baik untuk menghadap Allah, sebagaimana sesuai dengan Hadis Rasulullah,
seketika argumen beliau langsung di terima oleh kaum khawarij.
Kaum khawarij memusuhi Ali karena Tiga Hal:
1. Tahkimu Rijal :Peristiwa ketika Ali konflik dengan Muawwiyah (Tonton Ulasan Ust. Budi Ashari tentang Muawwiyah), dimana banyak pakar sejarah yang memelintir kejadian ini. Saat itu
fitnah merajalela, dan akhirnya kedua pemimpin ini menghadapi sebuah konflik
yang cukup rumit, disinilah hikmah berharganya sekali lagi. Anda mungkin heran,
karena konflik ini diselesaikan cukup dengan kedua utusan. Disinilah letak
masalahnya, kaum khawarij tidak setuju dengan sikap yang diambil oleh sang khalifah,
mereka berargumen dengan menyatakan bahwa suatu urusan seharusnya diselesaikan
dengan kitab suci. Dimana diperintahkan untuk diselesaikan musyawarah antara
pihak yang berkonflik, maka Abdullah Ibn
Abbas mengatakan dengan penjabaran di dalam Al-Qur’an, dimana orang ketika
berhaji saja tidak diperbolehkan membunuh hewan, dengan analoginya yang luar
biasa beliau menyatakan bahwa mana lebih penting daerah hewan atau darah
buruan. Inilah kejadian yang di hindari oleh kedua pemimpin yang lebih memilih
menjaga kekondusifan wilayahnya dibanding dengan menyelesaikan langsung
masalahnya yang rawan akan terjadi konflik besar. Lalu kaum Khawarij menerima
argumen beliau.
2. Bagaimana ceritanya Ali berperang tidak mau menawan dan
tidak mengambil Ghanimah?
Kaum Khawarij berkesimpulan bahwa Ali ragu akan haknya,
dimana didalam Al-Qur’an diperintahkan untuk sebaliknya. Lalu Abdullah Ibn
Abbas berkata “Siapa yang mau menawan Aisyah R.A?” , ini ketika kejadian perang
Jamal, dimana mengaharuskan kedua belah pihak di adu domba untuk berperang,
karena Islam sudah kokoh untuk di hancurkan secara langsung maka musuh-mushnya
mengobrak-abrik internal Islam. Lalu argumen ini diterima lagi.
3. Terakhir Ali tidak mau di menyebut dirinya sebagai Amirul
Mukminin
Lalu Kaum Khawarij berkesimpulan bahwa Ali adalah Amirul
Kafirin. Abdullah Ibn Abbas dengan kecerdasannya mengatakan sejarah ketika
Rasulullah melakukan perjanjian Hudaibiyah dimana ketika itu Rasulullah menulis
dengan kata-kata Muhammad Rasulullah langsung diprotes oleh kafir Quraisy
karena otomatis mereka mengakui bahwa Muhammad adalah benar utusan Allah
,seketika nabi menggantinya dengan Muhammad putra Abdullah.
Setelah pertemuan itu Abdullah Ibn Abbas mampu menyadarkan
sekitar 2000 khawarij. Disinilah pentingnya ilmu dan terapannya.
Kisah beliau yang lainnya dan sekaligus menutup tulisan ini
adalah ketika Abdullah Ibn Abbas berargumen dengan Zaid Bin Tsabit yang
dijuluki Rasulullah sebagi ahlinya ilmu Faroid( Waris). Dimana dengan adab beliau berargumen kepada Zaid bahwa
sikapnya tidak benar dalam sebuah majelis terhormat yang emang disediakan untuk
berdiskusi. Ketika itu mereka berbeda
pendapat masalah hak waris, dimana yang menjadi permasalahan ketika seorang ayah
meninggal siapa yang lebih berhak mendapat hak waris?
Zaid Ibn Tsabit berargumen bahwa kakek dan pemuda atau
anaknya lah yang mendapat hak waris, sedangkan Abdullah Bin Abbas menyatakan
bahwa kakek lah yang lebih berhak mendapat hak wairs, sengitnya perdebatan ini,
sampai Abdullah Ibn Abbas bersumpah bahwa dirinyalah yang benar.
Namun lain orang beradab dan berilmu dengan yang tidak,
ketika itu selesai sebuah majelis dihadiri kedua orang ini, Zaid Ibn Tsabit
hendak pulang dan mengendarai tunggangannya, seketika Abdullah Ibn Abbas
membantu Ziad untuk naik dan memegang tali tunggangannya seperti seorang
pelayan menuntun majikannya, lalu Zaid menanyakan kenapa Abdullah Ibn Abbas
melakukan itu, jawabnya “Karena beginilah Islam menghormati ulamanya.”, lalu
seketika Zaid mencium tangan Abdullah Ibn Abbas, lalu Abdullah Ibn Abbas
bertanya mengapa Zaid melakukan hal itu?, jawabnya karena Al-Qur’an
memerintahkan untuk mencintai ahlul bait. Inilah adab, berbeda pendapat pada
tempatnya namun menjadi ukhuwah dan adab di luarnya. Semoga Allah senantiasa
merahmati Rasulullah dan para sahabatnya.
“Subhanakallahu Malikul Quddus.”
Wallahu A'lam Bishawab
Semoga mampu menginspirasi dan memotivasi ketika untuk mencontoh Rasulullah menjadi sebaik-baik manusia.
Pengrajin: Abdullah Aljabir
0 komentar: